PECEL ITU KULINER MADIUN ATAU PONOROGO?
Kalau membahas soal kuliner Madiun tak lepas dari nasi
pecel, pasti! Kenapa nasi pecel menjadi kuliner khas dari Madiun? Sebelum membahas
soal sejarah nasi pecel, sebaiknya Anda tahu dulu tentang nasi pecel itu
sendiri. Pecel merupakan makanan yang terdiri dari sayur dan lauk yang
dihidangkan dengan alas yang berbeda-beda sesuai kota asal pecel, misalnya
piring lidi yang disebut ingke, pincuk, atau tampah bamboo.
Pecel memang terkenal sebagai kuliner
Madiun, namun siapa yang sangka kalo makanan yang terdiri dari sayuran kacang
panjang, taoge, mentimun, daun singkong, dan daun kemangi ini justru bukan asli
Madiun? Asal kata dan daerah pecel belum diketahui secara pasti. Dalam bahasa
jawa, pecel dapat diartikan sebagai “tumbuk” atau “dihancurkan dengan cara
ditumbuk”. Pecel berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, karena sambal kacang yang
digunakan dalam campuran pecel juga digunakan dalam bumbu sate Ponorogo. Makanan
ini juga mirip dengan gado-gado.
Mau dari Madiun atau Ponorogo,
pecel ini sangat enak sekali, perpaduan pedas dan manis asin. Nikmat! Kunci nikmatnya
kuliner Madiun ini terletak pada bumbu sambal kacang nya. Bumbu sambal kacang
yang disiramkan di atas pecel disebut sambal pecel yang terbuat dari campuran
kencur, gula merah, garam, cabai, kecombrang, daun jeruk purut, dan kacang
tanah sangria yang dicampur, ditumbuk, atau diulek. Selain itu, ada pula yang
menambahkan daun bawang dan asam jawa ke dalam campuran air hangat untuk
mencairkan sambal pecel.
Kuliner Madiun seperti Pecel biasanya
dijadikan sarapan dan makan siang, dan kandungan gizi nya cukup baik untuk
menjalankan aktivitas seharian penuh. Menurut Babad Tanah Jawi, pecel asal
muasalnya dari Yogyakarta. Dipecel berarti daun daunan yang direbus kemudian
dibuang airnya dengan diperas. Ceritanya pada saat tengah hari Sunan Kalijaga bertemu
dengan Ki Dege Pamanahan di pinggir sungai, Ki Gede Pamanahan menghidangkan
sepiring sayuran sambel pecel dan nasi serta lauk pauk yang lain. Sunan Kalijaga
kemudian bertanya “Hidangan apa ini?” Maka dijawan oleh Ki Gede Pamanahan, “Puniko
ron ingkang dipun pecel,” yang berarti “Ini adalah dedaunan yang direbus dan
diperas airnya.”
Komentar
Posting Komentar